Selasa, 16 November 2010

UJI FITOKIMIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Dalam percobaan kali ini kita menggunakan metode uji fitokimia. Dalam uji fitokimia ini kita menggunakan Alkaloid dan Flavanoid. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut. Fitokimia, senyawa yang begitu bermanfaat sebagai antioksidan dan mencegah kanker juga penyakit jantung. Beberapa studi pada manusia dan hewan membuktikan zat – zat kombinasi fitokimia ini didalam tubuk memilikmi fungsi tertentu yang berguna bagi kesehatan. Kombinasi itu antara lain menghasilkan enzim – enzim sebagai penangkal racun, merangsang system pertahanan tubuh, mencegah penggupalan keeping – keeping darah, menghambat sintesa kolesterol dihati, meningkatkan metabolism hormone, meningkatkan oengenceran dan p[engikatan zat karsionogen dalam liang usus, menimbulkan efek anti bakteri.

1.2. TUJUAN
Untuk menguji sampel hasil simplisia apakah sampel itu mengandung Alkaloid,dan Flafanoid.


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. DASAR TEORI
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.
2.2. TINJAUAN UMUM KOMPONEN FARMAKA BAHAN ALAM
Alkaloid
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini. Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam- basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya. Alkaloid bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada nitrogen. Kebasaan alkaloid menyebabkan sentawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organic atau anorganik sering mencegah dekomposisi.
Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya (precursors),didasari dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah alkaloid dirubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine penting-secara-biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya.




Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Alkaloida adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa, karena itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya, dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis baik terhadap manusia ataupun hewan.
Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
Kegunaan Alkaloida
Alkaloida telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena pengaruh fisiologisnya terhadap binatangmenyusui dan pemakainnya di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur.
1. Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya ialah sebagai berikut : Salah satu pendapat yang dikemukakan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi, ialah bahwa alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat hewan.
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tendon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, ini barangkali merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat “manusia sentries”.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh karena segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangsang perkecambahan, yang lainnya menghambat.
5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan.
Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani anthos , bunga dan kyanos, biru-tua) adalah pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan biru . Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain misalnya, buah tertentu, batang, daun dan bahkan akar. Flavnoid sering terdapat di sel epidermis. Sebagian besar flavonoid terhimpn di vakuola sel tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di luar vakuola.
Fungsi
Antosianin dan flavonoid lainnya menarik perhatian banyak ahli genetika karena ada kemungkinan untuk menghubungkan berbagai perbedaan morfologi di antara spesies yang berkerabat dekat dalam satu genus misalnya dengan jenis flavonoid yang dikandungnya. Flavonoid yang terdapat di spesies yang berkerabat dalam satu genus memberikan informasi bagi ahli taksonomi untuk megelompokkan dan menentukan garis evolusi tumbuhan itu.
Cahaya khususnya panjang gelombang biru meningkatkan pembentukan flavonoid dan flavonoid meningkatkan resistensi tanaman terhadap radiasi UV.

Table 1. Senyawa fitokimia dan khasiatnya
Jenis fitokimia Khasiat
Lutein dan zeakxantin Anti katark dan degenarasi mata
Likofen Anti cancer dan prostat
Indol dan sulforafan Anti kanker
Quercetin Anti antiinflamasi
Antosianin & beta karoten Anti penuaan
Fenolik Anti demensia
Alium Antikolesterol & penurun tekanan darah
Asam elagat Antikolesterol
Limonen Penjaga fungsi paru-paru
Resveratrol Antistroke
Ada di mana sajakah senyawa fitokimia tersebut?
Pengetahuan di bidang chemotaxonomy atau adanya kemiripan senyawa kimia dalam tanaman berdasarkan kedudukan dalam taksonomi tumbuhan memudahkan kita mengenali golongan sayur dan buah apa saja yang mengandung senyawa fitokimia tersebut. Tanaman yang masih tergolong satu keluarga/familia pastilah memiliki senyawa entitas familianya.
Table 2. Senyawa fitokimia dalam sayuran dan buah
Keluarga/familia Fitokimia yang dikandung
Kubis-kubisan : bokcoy, lettuce, brusselsprouts, kubis, kembang kol, brokoli, sawi, caisim Lutein, sulforafan, indol
Terung-terungan : tomat, cabe, paprika; dan melon oranye, semangka, jeruk besar Likofen,
Jagung, bayam dan melon oranye zeaksantin
Bawang-bawangan : daun bawang chives, loncang, bawang merah, bawang putih, bawang Bombay, scallion allium
Brokoli, sawi, labu, ubi jalar merah, bayam, wortel, apricot, kiwi, pepaya Beta karoten
Brokoli, sawi, bawang merah, bawang putih, apel, cherry, pear Quercetin
Semua jenis jeruk Limonen
Anggur terutama yang merah Resveratrol
Semua berry dan kiwi Asam elagat, antosianin
Oleh karena itu jika ingin sehat, terhindar dari berbagai penyakit masa depan, maka perbanyak konsumsi sayur dan buah. Adanya pemanasan sayuran tidak akan mengubah senyawa fitokimia mengingat fitokimia yang dikandung sayuran di atas adalah jenis karotenoid dan flavonoid. Begitu pun adanya penghancuran buah, tidak akan merusak senyawa fitokimia yang ada di dalamnya.



















BAB III
M E T O D E
3.1. ALAT YANG DIGUNAKAN




Neraca analitik Lumpang dan alu Labu erlenmeyer




Kertas saring Kertas saring Rak dan tabung reaksi




Gelas ukur Gelas kimia Corong dan gelas kimia






Plat tetes

3.2. BAHAN YANG DIGUNAKAN




Kloroform amoniak Pereaksi dragendroff Pereaksi wagner




HCl pekat Pereaksi mayer Pereaksi hager



3.3. PROSEDUR KERJA
a. Uji Flavonoid


• Menumbuk hingga halus
• Menimbang sebanyak 10 gr
• Dimaserasi dengan metanol
• Disaring



• Berwarna hijau tua
• Memanaskan beberapa menit
• Mengukur 1 ml dan memasukkan dalam tabung reaksi
• Menguji dengan menggunakan plat tetes


• Menambahkan MgHCl Menambahkan H2SO4 Menambahkan
sebanyak 1 tetes sebanyak 1 tetes NaOH





b. Uji Alkoloid


• Menambahkan kloroform amoniak


• Dibagi dalam 2 tabung



• menambahkan H2SO4 Di uji dengan pereaksi
Hager

• Memasukkan kedalam plat tetes,
• Masing-masing diuji dengan pereaksi:
dragendroff, mayer, wagner






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya
Perlakuan Hasil pengamatan
• Daun pepaya ditumbuk hingga halus
• sampel diukur sebanyak 10 gr
• dimaserasi dengan metanol sebantak 43 mL dalam erlenmeyer selama 1 jam
• disaring





Filtrat : warna hijau tua
residu

2. Uji Flavonoid
Perlakuan Hasil pengamatan
• Filtrat dipanaskan beberapa menit, dan diukur 1 mL di masukkan ke dalam tabung reaksi
• masing-masing diuji
1. filtrat + MgHCl 1 tetes

2. filtrat + H2SO4 1 tetes

3. filtrat + NaOH



Warna kuning, terbentuk busa (+ flavonoid)
warna cokat dan warna hijau tua (+ flavonoid)
terbentuk warna hijau mudah ( + flavonoid)
3. Uji Alkoloid
Perlakuan Hasil pengamatan
• Residu + kloroform amoniak
• residu + kloroform amoniak + H2SO4
• residu + kloroform amoniak + pereaksi hager
• residu + kloroform amoniak + H2SO4 + pereaksi dragendrof
• residu + kloroform amoniak +H2SO4 + pereaksi mayer
• residu + kloroform amoniak + H2SO4 + pereaksi wagner Larutan berwarna hijau tua
larutan tetap berwarna hijau tua

terjadi warna kuning muda dan terdapat endapan hitam
warna coklat muda dan terdapat endapan
warna hijau muda dan terbentuk endapan coklat tua
terjadi warna coklat tua dan endapan coklat tua


4.2. PEMBAHASAN
Dalam percobaan kali ini kita menggunakan metode uji fitokimia. Dalam uji fitokimia ini kita menggunakan Alkaloid dan Flavanoid. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.
Beberapa studi pada manusia dan hewan membuktikan zat-zat kombinasi fitokimia ini di dalam tubuh manusia memiliki fungsi tertentu yang berguna bagi kesehatan. Kombinasi itu antara lain menghasilkan enzim-enzim sebagai penangkal racun (detoksifikasi), merangsang sistem pertahanan tubuh (imunitas), mencegah penggumpalan keping-keping darah (trombosit), menghambat sintesa kolesterol di hati , meningkatkan metabolisme hormon, meningkatkan pengenceran dan pengikatan zat karsinogen dalam liang usus, menimbulkan efek anti bakteri , anti virus dan anti oksidan, mengatur gula darah serta dapat menimbulkan efek anti kanker.
Dalam uji fitokimia ini pada pecobaan ini kita menggunakan uji alkaloid dan uji flavonoid pada daun pepaya. Uji alkaloid adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa, karena itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya, dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis baik terhadap manusia ataupun hewan. Uji flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan.
Pada percobaan ini langkah awal yang dilakukan adalah menumbuk atau menghaluskan daun pepaya menggunakan lumpang dan alu. Setelah halus ditimbang sebanyak 10 gr. Kemudian memaserasi dengan terlebih dahulu kita menambahkan methanol sebanyak 43 mL dalam labu Erlenmeyer selama satu jam. Kemudian disaring. Setelah penyaringan dilakukan kita mendapatkan residu dan filtrat yang berwarna hijau tua.
Langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah memanasakan filtrat beberapa menit, dan mengukur sebanyak 1 mL dalam tabung reaksi. Kemudian memasukkan dalam plat tetes dan masing-masing diuji dengan :
Menambahkan filtrat dengan MgHCl sebanyak satu tetes warnanya berubah menjadi kuning dan terbentuk busa (+ flavonoid).
Menambahkan filtrate dengan H2SO4 sebanyak satu tetes warnanya berubah menjadi warna coklat dan hijau tua serta terbentuk endapan (+ flavonoid )
Kemudian menambahkan filtrate dengan NaOH sebanyak satu tetes dan terbentuk warna hijau mudah (+ flavonoid)
Dari hasil percobaan ini maka sampel (residu) yang kita uji dengan berbagai macam pereaksi ternyata positif (+) mengandung flavonoid.
Kemudia pada percobaan yang terakhir yaitu uji alkonoid, langkah awal yang dilakukan adalah menambahkan residu dengan kloroform amoniak larutan berubah menjadi warna hijau tua. Selanjutnya membagi kedua larutan tersebut kedalam dua tabung reaksi. Pada tabung reaksi yang pertama kita memasukkannya kedalam plat tetes. Dan kita menjadikan 1 lubang pada plat tetes sebagai larutan control. Selanjutnya menambahkan pereaksi hager dan terjadi perubahan warna pada campuran larutan yaitu berubah menjadi warna kuning muda dan terbentuk endapan hitam.
Selanjutnya untuk tabung reaksi yang kedua kita menambahkan larutan H2SO4. Setelah kita tambahkan ternyata tidak terjadi perubahan warna yaitu tetap hijau tua. Selanjutnya kita memasukkan larutan tersebut kedalam plat tetes sebanyak 3 lubang. Pada lubang pertama kita menambahkan larutan tersebut dengan pereaksi Dragendroff, warna berubah menjadi coklat muda dan terdapat endapan. Pada lubang kedua kita menambahkan dengan pereaksi Mayer, warna berubah menjadi hijau muda dan terdapat endapan coklat tua. Kemudian pada lubang terakhir kita menambahkannya dengan pereaksi Wagner dan kembali terjadi perubahan warna yaitu coklat tua dan endapannya pun coklat tua. Karena semua larutan dalam lubang bereaksi ketika ditambahkan dengan pereaksi-pereaksinya. Maka kita dapat menyimpulkan bahwa pada sampel tersebut itu juga positif (+) mengandung alkaloid.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada sampel (daun papaya) terdapat senyawa bernitrogen yang bersifat basa dan heterosiklik serta banyak atom-atom karbon yang kesemuanya itu dapat berguna pada kehidupan sehari-hari manusia baik bidang farmasi, perikanan, maupun pengobatan. Karena memang daun papaya banyak kegunaannya dalam aktivitas manusia. Namun kita juga tidak mengesampingkan bahwa alkaloid dan flavonoid juga banyak sekali kegunaannya. Seperti antiseptic, antikanker, antikatarak, antiinflamasi, anti penuaan, anti demensia, anti kolesterol, antistroke, penjaga fungsi paru-paru dan masih banyak lagi.




BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Dari percobaan yang kita lakukan maka dapat diperoleh beebrapa kesimpulan antara lain :
Fitokimia adalah salah satu metode penelitian untuk menguji segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan).
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan.
Ternyata pada sampel yang diberikan yaitu daun papaya positif (+) mengandung alkaloid dan flavonoid. Dengan kata lain dalam daun papaya mengandung senyawa bernitrogen yang bersifat basa dan heterosiklik dan juga terdapat banyak atom karbon. Namun untuk mengetahui lebih lanjut berapa kadar nitrogen maupun unsure karbon pada sampel ini kita membutuhkan alat yang lebih canggih lagi.

5.2. KEMUNGKINAN KESALAHAN
Kesalahan dalam merangkai alat sehingga menyebabkan kesalahan pula dalam hasil akhirnya.
Kurang telitinya praktikkan dalam mengamti perubahan warna yang terjadi pada saat pencampuran.
Kurang telitinya praktikkan dalam mencampurkan larutan sebagaimana prosedur kerja, sehingga mengakibatkan kurang akuratnya hasil diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Team Teaching Kimia Organik. 2010. Modul Praktikum. Gorontalo:UNG
Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi ketiga jilid 1 dan 2. jakarta : Erlangga.
Drs Parlan M.Si 2003. Kimia Organik I. Malang JICA
http://www.miisonline.org/2007/09/05/sayur-dan-buah-sbg-makanan-sehat/
http://www.scribd.com/doc/16766643/Uji-fitokimia
http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid
http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar