Selasa, 16 November 2010

ALDEHID & KETON

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Aldehida dan keton adalah dua dari berbagai jenis senyawa yang mengandung gugus karbonil. Reaksi yang terjadi karena adanya karbonil kelompok termasuk reaksi adisi nukleofilik dan Kondensasi katalis basa. Aldehida juga mudah teroksidasi, yang menyediakan cara mudah untuk membedakan mereka dari keton. Grup karbonil dalam aldehida dan keton sangat terpolarisasi; yang karbon karbonil dikenakan biaya parsial positif yang substansial dan rentan terhadap serangan nukleofilik. Selanjutnya, karena hibridisasi sp2 relatif terbuka untuk serangan. Karena karbonil tidak mengandung gugus lepas yang baik, selain terjadi daripada substitusi. Aldehida dan keton adalah senyawa polar, namun yang murni senyawa tidak mengalami ikatan hidrogen sebagai alkohol lakukan. Jadi titik didih aledehydes dan keton lebih rendah dari alkohol, tetapi lebih tinggi dari alkana atau eter. berat senyawa karbonil molekul rendah yang larut dalam air.
Struktur umum aldehida yaitu R-CHO. Struktur umum keton yaitu R-CO-R’. aldehida dan keton banyak terdapat dalam sistem makhluk hidup. Seperti gula ribosa dan hormon progesteron yang merupakan contoh aldehida dan keton. Aldehida dan keton mempunyai bau yang khas, yang pada umumnya aldehida berbau merangsang sedangkan keton berbau harum.
Aldehida dan keton sangat reaktif, tetapi biasanya aldehida lebih reaktif dibanding keton. Reaksi yang menyebabkan penjenuhan pada ikatan rangkap di sebut reaksi adisi (reaksi penjenuhan). Pada reaksi adisi, satu ikatan rangkap menjadi terbuka. Sementara itu pereaksi yang mengadisi terputus menjadi dua gugus yang kemudian terikat pada ikatan rangkap yang terbuka tersebut. Apabila pereaksi yang mengadisi bersifat polar gugus yang lebih positif terikat pada oksigen, sedangkan gugus yang lebih negatif terikat pada karbon. Titik pusat reaktivitas dalam aldehida dan keton ialah ikatan pi dari gugus karbonilnya. Seperti alkena, aldehida dan keton mengalami adisi reagensia kepada ikatan pi-nya.
1.2. TUJUAN
Dari percobaan ini diharapkan mahsiswa dapat mengetahui sifat aldehid dan keton alifatik terhadap beberapa pereaksi.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. DASAR TEORI
Salah satu gugus fungsi yang kita yaitu aldehid. Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana“ dengan “al“. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida (Petrucci, 1987).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, 1997).
Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol primer. Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin komplek seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator yang dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam karboksilat (Petrucci, 1987).
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Wilbraham, 1992).
Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4) (Respati, 1986).
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).
Senyawa aldehida dan keton yaitu atom karbon yang dihubungkan dengan atom oksigen oleh ikatan ganda dua (gugus karbonil). Aldehida adalah senyawa organic yang karbon – karbonilnya (karbon yang terikat pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu hydrogen.
Keton adalah senyawa organic yang karbon – karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lain.
Aldehida dan keton sangat reaktif, tetapi biasanya aldehida lebih reaktif dibanding keton.
Reaksi yang menyebabkan penjenuhan pada ikatan rangkap disebut reaksi adisi (reaksi penjenuhan). Pada reaksi adisi, satu ikatan rangkap menjadi terbuka. Sementara itu pereaksi yang mengadisi terputus menjadi dua gugus yang kemudian terikat pada ikatan rangkap yang terbuka tersebut. Apabila pereaksi yang mengadisi bersifat polar gugus yang lebih positif terikat pada oksigen, sedangkan gugus yang lebih negatif terikat pada karbon.
Titik pusat reaktivitas dalam aldehida dan keton ialah ikatan pi dari gugus karbonilnya. Seperti alkena, aldehid dan keton mengalami adisi reagensia kepada ikatan pi-nya.
Reaktivitas relatif aldehida dan keton dalam reaksi adisi sebagian dapat disebabkan oleh banyaknya muatan positif pada karbon karbonilnya, makin besar muatan itu akan makin reaktif. Bila muatan positif parsial ini tersebar ke seluruh ,olekul, maka senyawaan karbonil itu kurang reaktif dan lebih stabil. Gugus karbonil distabilkan oleh gugus alkil di dekatnya yang bersifat melepaskan elektron. Suaru keton dengan gugus R lebih stabil dibandingkan suatu aldehida yang hanya memiliki satu gugus R.

Aldehida dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya aldehida lebih reaktif dibanding keton. Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehida dengan mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi gugus fungsi ini (Willbraham,1992). Uji Tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana yang termasuk senyawa aldehida dan mana yang termasuk senyawa keton. Selain dengan menggunakan uji tollens untuk membedakan senyawa aldehida dan keton dapat juga menggunakan Uji Fehling dan Uji Benedict. Aldehida lebih mudah di oksidasi dibanding keton. Oksidasi aldehida menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama (Hart, 1990). Hampir setiap reagensia yang mengoksidasi alkohol juga dapat suatu aldehida.
Pereaksi Tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa dariperak nitrat. Larutannya jernih dan tidak berwarrna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagai oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amoniak. Amoniak membentuk kompleks larut air dengan ion perak (Willbraham,1992).
Aldehida di oksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji poitif ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Reaksi dengaan pereaksi tollens mampu mengubah ikatan C-H pada aldehida menjadi ikatan C-O. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton selanjutnya keton tidak dapat di oksidasi lagi menggunakan pereaksi tollens. Hal ini disebabkan karena keton tidak mempunyai atom hidrogen yang menempel pada atom karbonil. Keton hanya dapat dioksidasi dengan keadaan reaksi yang lebih keras dibandingkan dengan aldehida. Ikatan antara karbon karbonil dan salah satu karbonnya putus, memberikan hasil-hasil oksidasi dengan jumlah atom karbon yang lebih sedikit daripada bahan keton asalnya. Kekecualian dalam oksidasi keton, karena jumlah atom karbonnya tetap sama. Misalnya sikloheksanon dioksidasi secara besar=besaran menjadi asam dipat, bahan kimia yang sangat penting dalam pembuatan nylon.
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton yaitu :
Oksidasi Aldehid dan Keton
Anda akan mengingat dari pembahasan lain di topik aldehid keton bahwa perbedaan antara aldehid dan keton adalah keberadaan sebuah atom hidrogen yang terikat pada ikatan rangkap C=O dalam aldehid, sedangkan pada keton tidak ditemukan hidrogen seperti ini.

Keberadaan atom hidrogen tersebut menjadikan aldehid sangat mudah teroksidasi. Atau dengan kata lain, aldehid adalah agen pereduksi yang kuat. Karena keton tidak memiliki atom hidrogen istimewa ini, maka keton sangat sulit dioksidasi. Hanya agen pengoksidasi sangat kuat seperti larutan kalium manganat(VII) (larutan kalium permanganat) yang bisa mengoksidasi keton – itupun dengan mekanisme yang tidak rapi, dengan memutus ikatan-ikatan C-C.
Dengan tidak memperhitungkan agen pengoksidasi yang kuat ini, anda bisa dengan mudah menjelaskan perbedaan antara sebuah aldehid dengan sebuah keton. Aldehid dapat dioksidasi dengan mudah menggunakan semua jenis agen pengoksidasi; sedangkan keton tidak.
Hasil yang terbentuk tergantung pada apakah reaksi dilakukan pada kondisi asam atau basa. Pada kondisi asam, aldehid dioksidasi menjadi sebuah asam karboksilat. Pada kondisi basa, asam karboksilat tidak bisa terbentuk karena dapat bereaksi dengan logam alkali. Olehnya itu yang terbentuk adalah garam dari asam karboksilat.
.
Persamaan setengah reaksi untuk oksidasi aldehid berbeda-beda tergantung pada kondisi reaksi (apakah asam atau basa).
Pada kondisi asam, persamaan setengah reaksinya adalah:

dan pada kondisi basa:

Persamaan-persamaan setengah reaksi ini selanjutnya digabungkan dengan persamaan setengah reaksi dari agen pengoksidasi yang digunakan. Pada masing-masing contoh berikut, kami berasumsi bahwa anda telah mengetahui apakah yang terbentuk adalah aldehid atau keton. Ada banyak hal lain yang juga dapat memberikan hasil positif. Dengan mengasumsikan bahwa anda mengetahui apa yang harus terbentuk (aldehid atau keton), pada masing-masing contoh, keton tidak memberikan hasil positif. Hanya aldehid yang memberikan hasil positif.
2.2. KARAKTERISTIK BAHAN
Alkohol
Senyawa alkohol atau alkanol dapat dikatakan senyawa alkana yang satu atom H–nya diganti dengan gugus –OH (hidroksil). Rumus umum senyawa alkohol adalah R–OH dimana R adalah gugus alkil. Untuk itu rumus umum
golongan senyawa alkohol juga dapat ditulis CnH2n+1 – OH.
Berdasarkan perbedaan letak terikatnya gugus –OH pada atom C. Alkohol dibedakan menjadi tiga yatiu :
 Alkohol primer yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C primer (atom C yang mengikat 1 atom C yang lain secara langsung )
Contoh :
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – OH
n-Butanol
 Alkohol sekunder yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C sekunder (atom C yang mengikat secara langsung dua atom C yang lain).
Contoh :
CH3 – CH2 – CH – CH3
OH
2-Butanol
 Alkojol tersier yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C tersier ( atom C yang mengikat secara langsung tiga buah atom C yang langsung )
Contoh :
CH¬3
CH3 – CH – CH2 – CH3
OH
2-metil-2-butanol
Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari Cina bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik.
Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop. Karena itu pemurnian etanol yang mengandung air dengan cara penyulingan biasa hanya mampu menghasilkan etanol dengan kemurnian 96%. Etanol murni (absolut) dihasilkan pertama kali pada tahun 1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu dengan cara menyaring alkohol hasil distilasi melalui arang.
Asam asetat glasial
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat singkatan resmi bagi asam asetat adalah AcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil, CH3−C(=O)−. Pada konteks asam-basa, asam asetat juga sering disingkat HAc, meskipun banyak yang menganggap singkatan ini tidak benar. Ac juga tidak boleh disalahartikan dengan lambang unsur Aktinium (Ac). Sifat : cair, TL 17oC, TD 118oC, larut dalam H2O dengan sempurna. Penggunaan : sintesis anhidrat asam asetat, ester, garam, zat warna, zat wangi, bahan farmasi, plastik, serat buatan, selulosa dan sebagai penambah makanan.


Aseton
Aseton memiliki Sifat-sifat : berupa cairan tak berwarna, mudah menguap, pelarut yang baik. Penggunaan : sebagai pelarut
Amoniak
Amoniak adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volum.[5] Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian.[5] Sekalipun amonia di AS diatur sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan amonia berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin.[6]
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu -33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C).[7] Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen berat amonia.
Amonia umumnya bersifat basa (pKb=4.75), namun dapat juga bertindak sebagai asam yang amat lemah (pKa=9.25).



Sifat-sifat
Massa jenis and fase
0.6942 g/L, gas.[3]

Kelarutan dalam air
89.9 g/100 ml pada 0 °C.

Titik lebur
-77.73 °C (195.42 K)

Temperatur autosulutan
651 °C
Titik didih
-33.34 °C (239.81 K)
Keasaman (pKa)
9.25
Kebasaan (pKb)
4.75
Pereaksi Tollens
Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalah Ag2O yang bila tereduksi akan menghasilakan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi Tollens sering juga disebut pereaksi cermin perak.
Pereaksi Fehling
Larutan Fehling dan larutan Benedict adalah varian dari larutan yang secara ensensial sama. Keduanya mengandung ion-ion tembaga(II) yang dikompleks dalam sebuah larutan basa.Larutan Fehling mengandung ion tembaga(II) yang dikompleks dengan ion tartrat dalam larutan natrium hidroksida. Pengompleksan ion tembaga(II) dengan ion tartrat dapat mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida.Larutan Benedict mengandung ion-ion tembaga(II) yang membentuk kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan natrium karbonat.
Naftol
Senyawa naftol dibuat dengan cara yang serupa dengan pembuatan fenol, melalui peleburan dengan alkali pada senyawa asam natalena sulfonat. Di samping dengan cara tersebut di atas, naftol dapat juga dapat dibuat dari naftilamina dengan car hidrolisis dalam lingkungan asam, dengan suhu dan tekanan tertentu. Untuk membuat senyawa – senyawa naftalen yang tersubtitusi pada posisi alfa, cara yang dilakukan adalah serangkaian reaksi yang menggunakan senyawa awal @-nitronaftalen.
BAB III
METODE
3.1. ALAT DAN BAHAN




Gelas ukur Pipet tetes Tabung reaksi dan rak






Cawan penguapan Gelas kimia Penangas air
Bahan-bahan yang di gunakan :
1. asetaldehida
2. aseton
3. NaOH 10%
4. alkohol
5. @-naftol
6. HCl pekat
7. formaldehida
8. Etanol 5%
9. Amoniak pekat
10. Asam asetat glacial
11. Reagen tolens
12. Reagen fehling (benedict)
3.2. PROSEDUR KERJA
a. Reagen Tollens



- Menambahkan beberapa tetes larutan formaldehida
- Memanaskan perlahan-lahan
- Jika tabung reaksi tidak bersih tidak akan diperoleh cermin perak tetapi akan diperoleh endapan hitam logam perak
- Dilakukan juga pekerjaan diatas untuk 1 tetes aseton atau sikloheksanon




b. Reagen fehling



- Di masukkan dalam tabung reaksi masing-masing 10 ml
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
+ formaldehida + asetaldehida + aseton
- Di didihkan
- Di amati




c. Uji sodium hidroksida



- Di masukkan dalam tabung reaksi masing-masing 5 ml
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
+ formaldehida + asetaldehida + aseton
- Di didihkan
- Di amati






4. Uji amoniak



- Di masukkan dalam cawan penguapan
- Di tambahkan larutan amoniak pekat berlebih
- Di uapkan
- Di ulangi untuk 1ml asetaldehida dan 1ml aseton





5. uji @-naftol


- Di masukkan dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml asam asetat dan 2 tetes HCl pekat
- Di tambahkan 1 tetes asetaldehida
- Di kocok
- Di panaskan
- Di didihkan
- Di dinginkan
- Di kocok
- Di tambahkan 1 tetes etil alkohol















BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1. HASIL PENGAMATAN
1. Uji sodium hidrooksida
Perlakuan Pengamatan
Tabung 1
 NaOH + Formaldehid
 dipanaskan
 Larutan bening
 Larutan bening (tidak ada perubahan)
Tabung 2
 NaOH + asetaldehid
 dipanaskan
 Larutan berwarna kuning
 Larutan berubah menjadi coklat dan terdapat endapan
Tabung 3
 NaOH + aseton
 dipanaskan
 Larutan bening
 Larutan bening

2. Uji Fehling
Perlakuan Pengamatan
Tabung 1
 10 mL fehling + formaldehid
 dipanaskan
 larutan berwarna biru
 larutan berwarna biru
Tabung 2
 10 mL fehling + asetaldihid

 dipanaskan
 Larutan berwarna biru dan terdapat biru dan terdapat endapan
 Larutan berwarna hijau dan terdapat endapan merah bata
Tabung 3
 10 mL fehling + aseton
 dipanaskan
 larutan berwarna biru
 larutan tidak ada perubahan









3. Uji α- naftol
Perlakuan Pengamatan
Larutan α-naftol 0,2 gr + 2 mL asam asetat glacial + HCl pekat + 1 tetes astaldehida.

Campuran diatas dikocok dan dimasukkan dalam tabung reaksi.

Campuran dipanaskan selama 5 menit pada suhu 60oC.
Larutan berwarna merah muda

Selanjutnya campuran didinginkan dan dikocok agar terbentuik kristal Setelah didinginkan terbentuk kristal warna hitam

4. Uji Tollens
Perlakuan Pengamatan
5 mL pereaksi tollens ditambahkan 3 tetes asetaldehida.
Larutan berwarna silver
Larutan dipanaskan.

Terbentuk cermin perak

Untuk formaldehida ditambahkan 6 mL pereaksi tollens, lalu dipanaskan
Terbentuk cermin perak

Aseton + 5 mL pereaksi tollens lalu dipanaskan Terbentuk cermin perak


5. Uji Amoniak
Perlakuan Pengamatan
1 mL formaldehida dimasukkan kedalam cawan penguapan + NH3 pekat

Dipanaskan campuran dan diuapkan pada cawan penguapan sampai kering
Terbentuk Kristal putih

1 mL aseton dimasukkan kedalam cawan penguapan + NH3 pekat
Dipanaskan sampai kering
Terbentuk Kristal kekuning – kuningan

1 mL asetaldehida dimasukkan kedalam cawan penguapan + NH3 pekat
Dipanaskan campuran tersebut sampai kering Terbentuk Kristal merah bata

4.2. PEMBAHASAN
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Nama IUPAC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana“ dengan “al“. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida.
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil.
Aldehida dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya aldehida lebih reaktif dibanding keton. Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehida dengan mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi gugus fungsi ini (Willbraham,1992). Uji Tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana yang termasuk senyawa aldehida dan mana yang termasuk senyawa keton. Selain dengan menggunakan uji tollens untuk membedakan senyawa aldehida dan keton dapat juga menggunakan Uji Fehling dan Uji Benedict. Aldehida lebih mudah di oksidasi dibanding keton. Oksidasi aldehida menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama (Hart, 1990). Hampir setiap reagensia yang mengoksidasi alkohol juga dapat suatu aldehida.
a. Uji Tollens
Pereaksi Tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa dariperak nitrat. Larutannya jernih dan tidak berwarrna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagai oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amoniak. Amoniak membentuk kompleks larut air dengan ion perak (Willbraham,1992).
Pada percobaan ini langkah pertama yang kita lakukan adalah membuat reagen tollens. Kemudian menambahkan 5 mL reagen tollens dengan beberapa tetes larutan formaldehid, selanjutnya dipanaskan secara perlahan-lahan selama beberapa menit. Setelah dipanaskan ternyata terjadi perubahan warna pada larutan yaitu terbentuk cermin perak atau terdapat endapan logam perak. Hal yang sama pula ketika reagen tollens ditambahkan dengan asetaldehid dan aseton terjadi perubahan warna pada larutan yaitu endapan logam perak. Uji tollens ini merupakan uji untuk membedakan larutan apakah yang terkandung didalam campuran apakah aldehid atau keton. Dan dari percobaan ini yaitu terbentuknya cermin perak dapat membuktikan bahwa pada campuran larutan tersebut adalah positif mengandung senyawa aldehid yaitu formaldehid. Begitu pula pada uji tollens untuk asetaldehid dan aseton, kedua-duanya terbentuk cermin perak maka pada campuran tersebut positif mengandung aldehid (asetaldehid) dan keton (aseton). Namun ketika kita mendapatkan endapan hitam logam perak setelah dipanaskan berarti tabung reaksi yang kita gunakan tidak bersih, sehingga kita tidak mendapan endapan cermin perak.
b. Uji Fehling
Langkah awal pada percobaan ini yaitu memasukkan 10 mL reagen fehling yang warnanya bening kedalam masing-masing tabung reaksi yang baru dan bersih. Kemudian pada tabung 1 menambahkan beberapa tetes larutan formaldehid, setelah ditambahkan terjadi perubahan warna pada campuran larutan yaitu warna biru. Dan ketika dipanaskan tidak terjadi perubahan warna. Warna biru ini menunjukkan bahwa pada larutan tersebut positif mengandung senyawa aldehid. Pada tabung 2 kita juga menambahkan beberapa tetes larutan asetaldehid setelah ditambahkan warna berubah menjadi warna biru dan terdapat endapan dan ketika dipanaskan terjadi perubahan warna yaitu warna hijau dan terdapat endapan merah bata, berarti pada tabung 2 juga positif mengandung aldehid. Dan pada tabung terakhir ketika ditambahkan dengan aseton terjadi perubahan warna seperti pada tabung sebelumnya yaitu warna biru. Sehingga dari hasil akhir ini tabung 3 juga positif mengandung senyawa aseton.
Pada percobaan ini kita juga dapat menggunakan larutan benedict. Karena pada dasarnya larutan fehling dan larutan benedict adalah varian dari larutan yang secara ensensial sama. Keduanya mengandung ion-ion tembaga(II) yang dikompleks dalam sebuah larutan basa. Larutan Fehling mengandung ion tembaga(II) yang dikompleks dengan ion tartrat dalam larutan natrium hidroksida. Pengompleksan ion tembaga(II) dengan ion tartrat dapat mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida.Larutan Benedict mengandung ion-ion tembaga(II) yang membentuk kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan natrium karbonat. Lagi-lagi, pengompleksan ion-ion tembaga(II) dapat mencegah terbentuknya sebuah endapan – kali ini endapan tembaga(II) karbonat.



c. Uji Sodium Hidroksida
Langkah pertama yang kita lakukan adalah memasukkan 5 mL larutan NaOH yang warnanya bening kedalam masing-masing 3 tabung reaksi. Kemudian pada tabung pertama kita menambahkan beberapa teres larutan formaldehid. Setelah ditambahkan tidak terjadi perubahan warna pada larutan, warna tetap bening. Dan setelah dipanaskan juga tidak terjadi perubahan warna. Pada tabung kedua setelah ditambahkan dengan asetaldehid beberapa tetes terjadi perubahan warna yaitu larutan menjadi warna kuning, dan setelah dipanaskan warna berubah menjadi coklat dan terbentuk endapan. Pada tabung terakhir setelah ditambahkan dengan aseton beberapa tetes tidak terjadi perubahan warna yaitu warna tetap bening, begitu pula setelah dipanaskan.
d. Uji Amoniak
Pada percobaan ini langkah awal yang kita lakukan adalah memasukkan 1 mL larutan formaldehid kedalam cawan penguapan. Selanjutnya menambahkan larutan amoniak pekat sebanyak 2 mL. Kemudian menguapkan sampai kering pada penangas air. Setelah diuapkan terbentuk kristal putih padat. Kristal putih ini adalah heksametiletanatetramina. Selanjutnya kita mengulangi percobaan ini dengan menambahkan 1 mL larutan formaldehid dengan 2 mL larutan amoniak pekat, setelah diuapkan terbentuk kristal kuning kekuning-kuningan. Kemudian kita menambahkan 1 mL larutan aseton dengan 2 mL larutan amoniak pekat. Setelah diuapkan ternyata terbentuk kristal merah bata.
e. Uji α-naftol
Pada percobaan ini langkah pertama yang kita lakukan adalah menambahkan 0,2 gr α-naftol dengan 2 mL asam asetat glasial dan 2 tetes HCl pekat dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Selanjutnya kita menambahkan 1 tetes asetaldehid, kemudian dikocok. Setelah itu memanaskannya selama 5 menit pada 60ºC. Setalah dipanaskan larutan berubah menjadi warna merah muda. Selanjutnya campuran larutan tersebut didinginkan sambil dikocok, setelah dikocok selama beberapa menit ternyata secara perlahan-lahan terbentuk kristal warna hitam.



BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Dari percobaan yang kita lakukan maka dapat diperoleh beebrapa kesimpulan antara lain :
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Dan keton suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil.
Uji Tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana yang termasuk senyawa aldehida dan mana yang termasuk senyawa keton. Selain dengan menggunakan uji tollens untuk membedakan senyawa aldehida dan keton dapat juga menggunakan Uji Fehling dan Uji Benedict.
Pada percobaan ini kita membedakan senyawa aldehid dan keton melalui beberapa uji. Dimana pada masing-masing senyawa ini berbeda hasil yang diperoleh ketika direaksikan dengan reagen-reagen. Dan perbedaan inilah yang merupakan ciri khas dari masing-masing senyawa tersebut.
Ternyata kurang bersihnya alat yang kita gunakan dapat menyebabkan kurang validnya data atau hasil yang kita peroleh. Contohnya pada uji tollens ketika tabung reaksi tidak bersih dapat menyebabkan endapan logam yang kita peroleh menjadi warna hitam.
5.2. KEMUNGKINAN KESALAHAN
Kesalahan dalam merangkai alat sehingga menyebabkan kesalahan pula dalam hasil akhirnya. Dan juga kesalahan dalam membersihkan alat yang digunakan yang mengakibatkan kurang validnya hasil yang diperoleh.
Kurang telitinya praktikkan dalam mengamti perubahan warna yang terjadi pada saat pencampuran.
Kurang telitinya praktikkan dalam mencampurkan larutan sebagaimana prosedur kerja, sehingga mengakibatkan kurang akuratnya hasil diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Team Teaching Kimia Organik. 2010. Modul Praktikum. Gorontalo:UNG
Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi ketiga jilid 1 dan 2. jakarta : Erlangga.
Drs Parlan M.Si 2003. Kimia Organik I. Malang JICA
http://www.cliffsnotes.com/study_guide/Reactions-of-Aldehydes-and-Ketones.topicArticleId-23297,articleId-23281.html
http://faculty.swosu.edu/william.kelly/pdf/ketone.pdf

UJI FITOKIMIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Dalam percobaan kali ini kita menggunakan metode uji fitokimia. Dalam uji fitokimia ini kita menggunakan Alkaloid dan Flavanoid. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut. Fitokimia, senyawa yang begitu bermanfaat sebagai antioksidan dan mencegah kanker juga penyakit jantung. Beberapa studi pada manusia dan hewan membuktikan zat – zat kombinasi fitokimia ini didalam tubuk memilikmi fungsi tertentu yang berguna bagi kesehatan. Kombinasi itu antara lain menghasilkan enzim – enzim sebagai penangkal racun, merangsang system pertahanan tubuh, mencegah penggupalan keeping – keeping darah, menghambat sintesa kolesterol dihati, meningkatkan metabolism hormone, meningkatkan oengenceran dan p[engikatan zat karsionogen dalam liang usus, menimbulkan efek anti bakteri.

1.2. TUJUAN
Untuk menguji sampel hasil simplisia apakah sampel itu mengandung Alkaloid,dan Flafanoid.


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. DASAR TEORI
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.
2.2. TINJAUAN UMUM KOMPONEN FARMAKA BAHAN ALAM
Alkaloid
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini. Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam- basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya. Alkaloid bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada nitrogen. Kebasaan alkaloid menyebabkan sentawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organic atau anorganik sering mencegah dekomposisi.
Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya (precursors),didasari dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah alkaloid dirubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine penting-secara-biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya.




Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Alkaloida adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa, karena itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya, dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis baik terhadap manusia ataupun hewan.
Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
Kegunaan Alkaloida
Alkaloida telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena pengaruh fisiologisnya terhadap binatangmenyusui dan pemakainnya di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur.
1. Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya ialah sebagai berikut : Salah satu pendapat yang dikemukakan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi, ialah bahwa alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat hewan.
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tendon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, ini barangkali merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat “manusia sentries”.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh karena segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangsang perkecambahan, yang lainnya menghambat.
5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan.
Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani anthos , bunga dan kyanos, biru-tua) adalah pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan biru . Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain misalnya, buah tertentu, batang, daun dan bahkan akar. Flavnoid sering terdapat di sel epidermis. Sebagian besar flavonoid terhimpn di vakuola sel tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di luar vakuola.
Fungsi
Antosianin dan flavonoid lainnya menarik perhatian banyak ahli genetika karena ada kemungkinan untuk menghubungkan berbagai perbedaan morfologi di antara spesies yang berkerabat dekat dalam satu genus misalnya dengan jenis flavonoid yang dikandungnya. Flavonoid yang terdapat di spesies yang berkerabat dalam satu genus memberikan informasi bagi ahli taksonomi untuk megelompokkan dan menentukan garis evolusi tumbuhan itu.
Cahaya khususnya panjang gelombang biru meningkatkan pembentukan flavonoid dan flavonoid meningkatkan resistensi tanaman terhadap radiasi UV.

Table 1. Senyawa fitokimia dan khasiatnya
Jenis fitokimia Khasiat
Lutein dan zeakxantin Anti katark dan degenarasi mata
Likofen Anti cancer dan prostat
Indol dan sulforafan Anti kanker
Quercetin Anti antiinflamasi
Antosianin & beta karoten Anti penuaan
Fenolik Anti demensia
Alium Antikolesterol & penurun tekanan darah
Asam elagat Antikolesterol
Limonen Penjaga fungsi paru-paru
Resveratrol Antistroke
Ada di mana sajakah senyawa fitokimia tersebut?
Pengetahuan di bidang chemotaxonomy atau adanya kemiripan senyawa kimia dalam tanaman berdasarkan kedudukan dalam taksonomi tumbuhan memudahkan kita mengenali golongan sayur dan buah apa saja yang mengandung senyawa fitokimia tersebut. Tanaman yang masih tergolong satu keluarga/familia pastilah memiliki senyawa entitas familianya.
Table 2. Senyawa fitokimia dalam sayuran dan buah
Keluarga/familia Fitokimia yang dikandung
Kubis-kubisan : bokcoy, lettuce, brusselsprouts, kubis, kembang kol, brokoli, sawi, caisim Lutein, sulforafan, indol
Terung-terungan : tomat, cabe, paprika; dan melon oranye, semangka, jeruk besar Likofen,
Jagung, bayam dan melon oranye zeaksantin
Bawang-bawangan : daun bawang chives, loncang, bawang merah, bawang putih, bawang Bombay, scallion allium
Brokoli, sawi, labu, ubi jalar merah, bayam, wortel, apricot, kiwi, pepaya Beta karoten
Brokoli, sawi, bawang merah, bawang putih, apel, cherry, pear Quercetin
Semua jenis jeruk Limonen
Anggur terutama yang merah Resveratrol
Semua berry dan kiwi Asam elagat, antosianin
Oleh karena itu jika ingin sehat, terhindar dari berbagai penyakit masa depan, maka perbanyak konsumsi sayur dan buah. Adanya pemanasan sayuran tidak akan mengubah senyawa fitokimia mengingat fitokimia yang dikandung sayuran di atas adalah jenis karotenoid dan flavonoid. Begitu pun adanya penghancuran buah, tidak akan merusak senyawa fitokimia yang ada di dalamnya.



















BAB III
M E T O D E
3.1. ALAT YANG DIGUNAKAN




Neraca analitik Lumpang dan alu Labu erlenmeyer




Kertas saring Kertas saring Rak dan tabung reaksi




Gelas ukur Gelas kimia Corong dan gelas kimia






Plat tetes

3.2. BAHAN YANG DIGUNAKAN




Kloroform amoniak Pereaksi dragendroff Pereaksi wagner




HCl pekat Pereaksi mayer Pereaksi hager



3.3. PROSEDUR KERJA
a. Uji Flavonoid


• Menumbuk hingga halus
• Menimbang sebanyak 10 gr
• Dimaserasi dengan metanol
• Disaring



• Berwarna hijau tua
• Memanaskan beberapa menit
• Mengukur 1 ml dan memasukkan dalam tabung reaksi
• Menguji dengan menggunakan plat tetes


• Menambahkan MgHCl Menambahkan H2SO4 Menambahkan
sebanyak 1 tetes sebanyak 1 tetes NaOH





b. Uji Alkoloid


• Menambahkan kloroform amoniak


• Dibagi dalam 2 tabung



• menambahkan H2SO4 Di uji dengan pereaksi
Hager

• Memasukkan kedalam plat tetes,
• Masing-masing diuji dengan pereaksi:
dragendroff, mayer, wagner






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya
Perlakuan Hasil pengamatan
• Daun pepaya ditumbuk hingga halus
• sampel diukur sebanyak 10 gr
• dimaserasi dengan metanol sebantak 43 mL dalam erlenmeyer selama 1 jam
• disaring





Filtrat : warna hijau tua
residu

2. Uji Flavonoid
Perlakuan Hasil pengamatan
• Filtrat dipanaskan beberapa menit, dan diukur 1 mL di masukkan ke dalam tabung reaksi
• masing-masing diuji
1. filtrat + MgHCl 1 tetes

2. filtrat + H2SO4 1 tetes

3. filtrat + NaOH



Warna kuning, terbentuk busa (+ flavonoid)
warna cokat dan warna hijau tua (+ flavonoid)
terbentuk warna hijau mudah ( + flavonoid)
3. Uji Alkoloid
Perlakuan Hasil pengamatan
• Residu + kloroform amoniak
• residu + kloroform amoniak + H2SO4
• residu + kloroform amoniak + pereaksi hager
• residu + kloroform amoniak + H2SO4 + pereaksi dragendrof
• residu + kloroform amoniak +H2SO4 + pereaksi mayer
• residu + kloroform amoniak + H2SO4 + pereaksi wagner Larutan berwarna hijau tua
larutan tetap berwarna hijau tua

terjadi warna kuning muda dan terdapat endapan hitam
warna coklat muda dan terdapat endapan
warna hijau muda dan terbentuk endapan coklat tua
terjadi warna coklat tua dan endapan coklat tua


4.2. PEMBAHASAN
Dalam percobaan kali ini kita menggunakan metode uji fitokimia. Dalam uji fitokimia ini kita menggunakan Alkaloid dan Flavanoid. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.
Beberapa studi pada manusia dan hewan membuktikan zat-zat kombinasi fitokimia ini di dalam tubuh manusia memiliki fungsi tertentu yang berguna bagi kesehatan. Kombinasi itu antara lain menghasilkan enzim-enzim sebagai penangkal racun (detoksifikasi), merangsang sistem pertahanan tubuh (imunitas), mencegah penggumpalan keping-keping darah (trombosit), menghambat sintesa kolesterol di hati , meningkatkan metabolisme hormon, meningkatkan pengenceran dan pengikatan zat karsinogen dalam liang usus, menimbulkan efek anti bakteri , anti virus dan anti oksidan, mengatur gula darah serta dapat menimbulkan efek anti kanker.
Dalam uji fitokimia ini pada pecobaan ini kita menggunakan uji alkaloid dan uji flavonoid pada daun pepaya. Uji alkaloid adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa, karena itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya, dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis baik terhadap manusia ataupun hewan. Uji flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan.
Pada percobaan ini langkah awal yang dilakukan adalah menumbuk atau menghaluskan daun pepaya menggunakan lumpang dan alu. Setelah halus ditimbang sebanyak 10 gr. Kemudian memaserasi dengan terlebih dahulu kita menambahkan methanol sebanyak 43 mL dalam labu Erlenmeyer selama satu jam. Kemudian disaring. Setelah penyaringan dilakukan kita mendapatkan residu dan filtrat yang berwarna hijau tua.
Langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah memanasakan filtrat beberapa menit, dan mengukur sebanyak 1 mL dalam tabung reaksi. Kemudian memasukkan dalam plat tetes dan masing-masing diuji dengan :
Menambahkan filtrat dengan MgHCl sebanyak satu tetes warnanya berubah menjadi kuning dan terbentuk busa (+ flavonoid).
Menambahkan filtrate dengan H2SO4 sebanyak satu tetes warnanya berubah menjadi warna coklat dan hijau tua serta terbentuk endapan (+ flavonoid )
Kemudian menambahkan filtrate dengan NaOH sebanyak satu tetes dan terbentuk warna hijau mudah (+ flavonoid)
Dari hasil percobaan ini maka sampel (residu) yang kita uji dengan berbagai macam pereaksi ternyata positif (+) mengandung flavonoid.
Kemudia pada percobaan yang terakhir yaitu uji alkonoid, langkah awal yang dilakukan adalah menambahkan residu dengan kloroform amoniak larutan berubah menjadi warna hijau tua. Selanjutnya membagi kedua larutan tersebut kedalam dua tabung reaksi. Pada tabung reaksi yang pertama kita memasukkannya kedalam plat tetes. Dan kita menjadikan 1 lubang pada plat tetes sebagai larutan control. Selanjutnya menambahkan pereaksi hager dan terjadi perubahan warna pada campuran larutan yaitu berubah menjadi warna kuning muda dan terbentuk endapan hitam.
Selanjutnya untuk tabung reaksi yang kedua kita menambahkan larutan H2SO4. Setelah kita tambahkan ternyata tidak terjadi perubahan warna yaitu tetap hijau tua. Selanjutnya kita memasukkan larutan tersebut kedalam plat tetes sebanyak 3 lubang. Pada lubang pertama kita menambahkan larutan tersebut dengan pereaksi Dragendroff, warna berubah menjadi coklat muda dan terdapat endapan. Pada lubang kedua kita menambahkan dengan pereaksi Mayer, warna berubah menjadi hijau muda dan terdapat endapan coklat tua. Kemudian pada lubang terakhir kita menambahkannya dengan pereaksi Wagner dan kembali terjadi perubahan warna yaitu coklat tua dan endapannya pun coklat tua. Karena semua larutan dalam lubang bereaksi ketika ditambahkan dengan pereaksi-pereaksinya. Maka kita dapat menyimpulkan bahwa pada sampel tersebut itu juga positif (+) mengandung alkaloid.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada sampel (daun papaya) terdapat senyawa bernitrogen yang bersifat basa dan heterosiklik serta banyak atom-atom karbon yang kesemuanya itu dapat berguna pada kehidupan sehari-hari manusia baik bidang farmasi, perikanan, maupun pengobatan. Karena memang daun papaya banyak kegunaannya dalam aktivitas manusia. Namun kita juga tidak mengesampingkan bahwa alkaloid dan flavonoid juga banyak sekali kegunaannya. Seperti antiseptic, antikanker, antikatarak, antiinflamasi, anti penuaan, anti demensia, anti kolesterol, antistroke, penjaga fungsi paru-paru dan masih banyak lagi.




BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Dari percobaan yang kita lakukan maka dapat diperoleh beebrapa kesimpulan antara lain :
Fitokimia adalah salah satu metode penelitian untuk menguji segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan).
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan.
Ternyata pada sampel yang diberikan yaitu daun papaya positif (+) mengandung alkaloid dan flavonoid. Dengan kata lain dalam daun papaya mengandung senyawa bernitrogen yang bersifat basa dan heterosiklik dan juga terdapat banyak atom karbon. Namun untuk mengetahui lebih lanjut berapa kadar nitrogen maupun unsure karbon pada sampel ini kita membutuhkan alat yang lebih canggih lagi.

5.2. KEMUNGKINAN KESALAHAN
Kesalahan dalam merangkai alat sehingga menyebabkan kesalahan pula dalam hasil akhirnya.
Kurang telitinya praktikkan dalam mengamti perubahan warna yang terjadi pada saat pencampuran.
Kurang telitinya praktikkan dalam mencampurkan larutan sebagaimana prosedur kerja, sehingga mengakibatkan kurang akuratnya hasil diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Team Teaching Kimia Organik. 2010. Modul Praktikum. Gorontalo:UNG
Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi ketiga jilid 1 dan 2. jakarta : Erlangga.
Drs Parlan M.Si 2003. Kimia Organik I. Malang JICA
http://www.miisonline.org/2007/09/05/sayur-dan-buah-sbg-makanan-sehat/
http://www.scribd.com/doc/16766643/Uji-fitokimia
http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid
http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid

ALKOHOL

BAB I
PENDAHULUAN



1.1. LATAR BELAKANG
Pengantar
Dalam kimia organik, istilah alkohol merupakan nama suatu golongan senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur C, H, dan O dengan struktur yang khas. Bila ditinjau dari kemanfaatannya dalam sintesis senyawa organik, alkohol mempunyai pperanan penting. Hal ini karena dari alkohol dapat dibuat menjadi berbagai senyawa organik yang termasuk golongan lain, misalnya alkil halida, aldehida, keton, dan aswam karboksilat. Disamping sebagai bahan dasar dalam sintesis, alkohol sering kali digunakan sebagai pelarut untuk melangsungkan sejumlah reaksi organik. Dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa anggota golongan alkohol yang memiliki keglunaan khusus, misalnya : metanol digunakan sebagai bahan anti pembekuan, etanol digunakan sebagai sumber panas karena mempunyai nyala yang jernih dan panas, dan lauril alkhol digunakan dalam pembuatan deterjen.
Disamping manfaatnya yang cukup banyak, alkohol juga mempunyai struktur yang cukup beragam yang semuanya ditandai oleh adanya gugus –OH P(hidroksil) sebagai gugus fungsi golongan alkohol. Dalam reaksi-reaksinya alkohol memperlihatkan dua sifat yangberlawanan, yaitu dapat menerima proton dan juga dapat melepaskan proton. Kedua sifat ini dapat diamati dalam sejumlah reakksi yang terjadi pada alkohol.

Struktur alkohol
Rumus umum golongan alkohol monohidroksi adalah ROH, dengan ketentuan bahwa R dapat berupa gugus alkil, gugus lakil tidak jenuh, gugus lakil tersubstitusi, dan mungkin pula rantai sikliok. Disamping itu dikenal pulla golongan alcohol yang mengandung lebih dari satu gugus –OH. Keragaman struktur alcohol dapat dilihat dari contoh-contoh berikut ini :

CH3CH2CH2OH
CH2=CHCH2OH
Klasifikasi
Gugus fungsi golongan alcohol adalah gugus –OH (hidroksil) dan gugus inilah yang menetukan sifat-sifat khasnya. Keragaman struktur rantai atom karbon yang mengikat gugus –OH tersebut menyebabkan sifat-sifatnya beragam pula.
Jika didasarkan atas jenis atom karbon yang mengikat gugus –OH, golongan alcohol dapat dikelompokkan menjadi : (1) alkoho promer, yaitu dengan gugus –OH yang terikat pada atom C primer, (2) alcohol sekunder, dengan gugus –OH yang terikat pada atom C sekunder, dan (3) alcohol tersier, dengan gugus –OH terikat pada atom C tersier. Contoh masing-masing kelompok tersebut adalah :

CH3CH2OH alcohol primer
CH3CHCH3 alkohol sekunder
OH
CH3
H3C-C-OH alcohol tersier
CH3

Bila ditinjau dari jumlah gugus –OH yang terdapat dalam masing-masing strukturnya, golongan alcohol dapat dibedakan menjadi alkhol monohidroksi (yang mempunyai satu gugus –OH), alcohol dihidroksi (yang mempunyai dua gugus –OH), dan seterusnya. Contoh-contoh alcohol untuk cara klasifikasi ini adalah :

CH3CH2CH2OH alcohol monohidroksi
CH2CH2 alkohol dihidroksi
OH OH
CH2-CH-CH2 alkhol trihidroksi
OH OH OH

Perlu diketahui bahwa apabila dalam suatu rumus struktur senyawa terdapat gugus –OH yang langsung terikat pada cincin aromatic, maka senyawa tersebut bukan termasuk golongan alcohol, melainkan golongan fenol.
Sifat-sifat fisika alkohol
Secara sktruktural, suatu alcohol merupakan gabungan dari alkana dan air.
R-H H-OH R-OH
Alkana air alcohol

Dalam rumus alcohol terdapat gugus R- yang berisfat lipofilik dan gugus –OH yang bersifat hidrofillik. Adanya kedua unit struktur tersebut menentukan sifat-sifat fisika lakohol.
Gugus –OH sangat polar dan dapat membentuk ikatan hydrogen dengan sesama molekul alkohol maupun dengan molekul netral yang lain serta dengan anion. Masing-masing ikatan hydrogen tersebut digambarkan sebagai berikut :

R-O H-O R-O H-O A H-O
H R H H H
dengan alkhol dengan air dengan anion

sifat-sifat fisika golongan alcohol secara umum adalah :
1. Alkoho monohidroksi suku rendah (1 sampai dengan 4 atom C) berupa cairan yang tidak berwarna dan dapat larut dalam air dengan segala perbandingan. Kelarutan alcohol dalam air makin rendah bila rantai hidrokarbonnya makin panjang.
2. Makin tinggi berat molekul alcohol, makin tinggi pula titik didih dan viskositasnya (kekentalannya).
3. Alcohol yang menganndung 12 atau lebih atom C berupa zat padat yang tidak berwarna.
4. Alcohol-alkohol suku rendah tidak mempunyai rasa tetapi memberikan kesan panas dalam mulut (burning taste).


1.2. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui sifat fisik dari beberapa senyawa alkohol, diantaranya untuk mengetahui perbedaan titik didih, perbedaan viskositas, perbedaan bau dan perbedaan kelarutan
2. Menentukan struktur alkohol primer, sekunder, dan tersier berdasarkan reaktivitasnya terhadap beberapa pereaksi.


























BAB II
KAJIAN TEORI


2.1. TEORI SINGKAT
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
Alkohol adalah turunan hidrokarbon yang satu atau lebih atom H-nya diganti dengan gugus hidroksil. Alkohol dibagi atas 3 golongan, yaitu alkohol primer, sekunder, dan tersier.
Dalam peristilahan umum, "alkohol" biasanya adalah etanol atau grain alcohol. Etanol dapat dibuat dari fermentasi buah atau gandum dengan ragi. Etanol sangat umum digunakan, dan telah dibuat oleh manusia selama ribuan tahun. Etanol adalah salah satu obat rekreasi (obat yang digunakan untuk bersenang-senang) yang paling tua dan paling banyak digunakan di dunia. Dengan meminum alkohol cukup banyak, orang bisa mabuk. Semua alkohol bersifat toksik (beracun), tetapi etanol tidak terlalu beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan cepat.
Alkohol digunakan secara luas dalam industri dan sains sebagai pereaksi, pelarut, dan bahan bakar. Ada lagi alkohol yang digunakan secara bebas, yaitu yangdikenal di masyarakat sebagai spirtus. Awalnya alkohol digunakan secara b ebas sebagai bahan bakar. Namun untuk mencegah penyalahgunaannya untuk makanan atau minuman, maka alkohol tersebut didenaturasi. denaturated alcohol disebut juga methylated spirit, karena itulah maka alkohol tersebut dikenal dengan nama spirtus.


Struktur
Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp3. Ada tiga jenis utama alkohol - 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'. Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH. Etanol dan metanol (gambar di bawah) adalah alkohol primer. Alkohol sekunder yang paling sederhana adalah propan-2-ol, dan alkohol tersier sederhana adalah 2-metilpropan-2-ol.

Alkohol umum
 Isopropil Alkohol (sec-propil alcohol, propan-2-ol, 2-propanol) H3C- CH(OH) CH3, atau alkohol gosok
 Etilena Glikol (etana-1,2-diol) HO-CH2-CH2-OH, yang merupakan komponen utama dalam antifreeze
 Gliserin (atau gliserol, propana-1,2,3-triol) HO-CH2-CH(OH)-CH2-OH yang terikat dalam minyak dan lemak alami, yaitu trigliserida (triasilgliserol)
 Fenol adalah alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada cincin benzena
Alkohol digunakan secara luas dalam industri dan sains sebagai pereaksi, pelarut, dan bahan bakar. Ada lagi alkohol yang digunakan secara bebas, yaitu yang dikenal di masyarakat sebagai spirtus. Awalnya alkohol digunakan secara bebas sebagai bahan bakar. Namun untuk mencegah penyalahgunaannya untuk makanan atau minuman, maka alkohol tersebut didenaturasi. denaturated alcohol disebut juga methylated spirit, karena itulah maka alkohol tersebut dikenal dengan nama spirtus.
Nama umum biasanya dibentuk dengan mengambil nama gugus alkil, lalu menambahkan kata "alkohol". Contohnya, "metil alkohol" atau "etil alkohol” sedangkan Nama IUPAC dibentuk dengan mengambil nama rantai alkananya, menghapus "a" terakhir, dan menambah "ol". Contohnya, "metanol" dan "etanol".

Turunan Alkohol
Metanol atau metil alkohol (CH3OH) ditemukan tahun 1661 oleh Robert Boyle diantara senyawaan yang terbentuk pada penyulingan kering kayu. Metanol murni berupa cairan tidak berwarna, baunya menyerupai alkohol dan rasanya tajam. Larut dalam air dan pelarut organik. Bila dibakar nyalanya tidak bercahaya dan kebiru-biruan. Metanol sangat beracun, bila diminum selain dapat memabukkan juga dapat mengakibatkan kebutaan.Dahulu metanol terdapat pada penyulingan kering kayu.
Bila kayu dipanaskan dalam retor dari besi pada suhu 300'C, maka dalam retor itu tinggal arang kayu, sedangkan sulingan selain dari CO terdiri dari 2 fasa cair yang tidak dapat bercampur. Metanol tidak murni sering disebut spiritus-kayu (wood spirit).Metanol digunakan sebagai pelarut, untuk membuat pernis, industri zat warna, sebagai bahan untuk membuat metanal, sebagai tambahan pada bensin, dan untuk mengawasifatkan etanol. Etanol atau etilalkohol (C2H5OH) telah lama diketahui manusia, berkat pembentukannya pada peragian buah yang mengandung sakar.Etanol adalah cairan jernih yang larut dalam air dan berbau khas, nyalanya berwarna biru. Etanol banyak dibuat dengan peragian sakar, misalnya glukosa.
Etanol digunakan di lab dan dalam teknik sebagai pelarut, untuk membuat senyawaan organik, untuk membuat karet sintesis, sebagai bahan bakar, untuk membuat cuka, chloroform, iodoform, dan untuk campuran minuman. Karena minuman beralkohol dikenakan cukai tinggi, maka alkohol teknik selalu diawasifatkan (didenaturasi), yaitu ditambahi metanol yang beracun dan piridin yang baunya busuk serta suatu zat warna, supaya tidak dapat diminum lagi.

Sifat Fisik Alkohol
Alkohol merupakan zat tidak berwarna. Alkohol suku rendah (sampai C3) adalah cairan encer yang dapat tercampur dengan air dalam segala perbandingan. Alkohol suku sedang menyerupai minyak. Semakin panjang rantai atom C semakin rendah kelarutannya dalam air. Senyawaan C12 dan lebih tinggi berupa padatan yang tidak larut. Makin panjang rantai C makin tinggi titik cair dan titik didih. Gugus hidroksil mengakibatkan alkohol bersifat polar.

Viskositas
Viskositas adalah suatu pernyataan “ tahanan untuk mengalir” dari suatu system yang mendapatkan suatu tekanan. Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas dispersi kolodial dipengaruhi oleh bentuk partikel dari fase dispers. Koloid-koloid berbentuk bola membentuk sistem dispersi dengan viskositas rendah, sedang sistem dispersi yang mengandung koloid-koloid linier viskositasnya lebih tinggi. Hubungan antara bentuk dan viskositas merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel.( Moechtar,1990)
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka viskositas cairan justru akan menurun jika temeratur dinaikan. Fluiditas dari suatu cairan yang merupakan kebalikan dari viskositas akan meningkat dengan makin tingginya temperatur.( Martin,1993 ).
Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer. Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :

a. Viskometer kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu yandibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui ( biasanya air ) untuk lewat 2 tanda tersebut.( Moechtar,1990 )

b. Viskometer Hoppler.
Berdasrkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang hampir tikal berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel. ( Moechtar,1990 )

c. Viskometer Cup dan Bob.
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penueunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebt aliran sumbat. ( Moechtar,1990 )

d. Viskometer Cone dan Plate.
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecapatan dan sampelnya digeser didalam ruang semit antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar. ( Moechtar,1990 )

2.2. KARAKTERISTIK BAHAN YANG DIGUNAKAN
Metanol
Metanol adalah salah satu senyawa hidrokarbon dari golongan alkohol (CnH2n+2O) dengan gugus alkil hidroksil (-OH). Alkohol memiliki keisomeran fungsi dengan eter. Rumus umum methanol adalah CH4O atau sering ditulis CH3-OH.
Manfaat methanol :
 Sebagai bahan bakar
Methanol adalah bahan bakar yang ramah lingkungan, pembakaran methanol menghasilkan karbon dioksida dan air. CH3OH + O2 --> CO2 + H2O. Jika dibandingkan dengan bensin, yang biasanya ditambah zat antiketuk untuk menambah nilai oktan. Salah satu zat antiketuk yang digunakan untuk menambah nilai oktan bensin adalah TEL (Tetra Ethyl Lead). Lead = Timbal / Pumblum (Pb) tidak bereaksi dengan oksigen sehingga emisi pembakaran kendaraan yang menggunakan bensin ber-TEL adalah timbal (Pb), dan effect dari timbal adalah kerusakan permanen pada otak bagi orang yang menghirupnya. Makanya sekarang TEL dilarang penggunaannya dan diganti dengan bensin super TT (Tanpa Timbal). Pada bensin super TT MTBE (Methyl Tertiary Buthyl Ether).
 Sebagai bahan dasar formalin (formaldehid / aldehid)
Methanol merupakan alkohol primer karena gugus -OH terikat pada Carbon (C) primer. C Primer adalah C yang mengikat satu atom C lain. Alkohol primer jika dioksidasi akan menjadi formalin CH2O. Formalin adalah zat yang digunakan untuk mengawetkan mayat yang digunakan oleh penduduk Mesir kuno untuk membuat mumi. Belakangan banyak yang menyalahgunakan formalin sebagai bahan pengawet makanan pengganti asam benzoat.
 Sebagai bahan utama zat antiseptic
Methanol digunakan untuk membuat zat antiseptic untuk obat luka luar.
 Sebagai zat antibeku
Di negara yang bermusim dingin, methanol digunakan sebagai zat antibeku / antifreeze pada radiator mobil. Pada musim dingin jika cairan yang digunakan pada radiator adalah air, maka air tersebut akan membeku dan berdampak pada kerusakan mesin. Untuk mengatasinya digunakan methanol.
 Bahan utama plastik
Methanol dapat membentuk polimer dan digunakan untuk membuat plastik
 Bahan peledak
Salah satu peledak/bom yang terkenal dan paling mudah pembuatannya adalah TNT (Tri Nitro Toluena), yakni salah satu golongan benzena yang memiliki gugus -CH3 dan -NO2. Salah satu bahan utama TNT adalah methanol.
Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari Cina bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik.
Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop. Karena itu pemurnian etanol yang mengandung air dengan cara penyulingan biasa hanya mampu menghasilkan etanol dengan kemurnian 96%. Etanol murni (absolut) dihasilkan pertama kali pada tahun 1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu dengan cara menyaring alkohol hasil distilasi melalui arang.
Lavoisier menggambarkan bahwa etanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Saussure berhasil menentukan rumus kimia etanol. Lima puluh tahun kemudian (1858), Couper mempublikasikan rumus kimia etanol. Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus kimianya. Etanol pertama kali dibuat secara sintetik pada tahun 1826 secara terpisah oleh Henry Hennel dari Britania Raya dan S.G. Sérullas dari Perancis. Pada tahun 1828, Michael Faraday berhasil membuat etanol dari hidrasi etilena yang dikatalisis oleh asam. Proses ini mirip dengan proses sintesis etanol industri modern.
Etanol telah digunakan sebagai bahan bakar lampu di Amerika Serikat sejak tahun 1840, namun pajak yang dikenakan pada alkohol industri semasa Perang Saudara Amerika membuat penggunaannya tidak ekonomis. Pajak ini dihapuskan pada tahun 1906, dan sejak tahun 1908 otomobil Ford Model T telah dapat dijalankan menggunakan etanol. Namun, dengan adanya pelarangan minuman beralkohol pada tahun 1920, para penjual bahan bakar etanol dituduh berkomplot dengan penghasil minuman alkohol ilegal, dan bahan bakar etanol kemudian ditinggalkan penggunaannya sampai dengan akhir abad ke-20.
Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama.
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.
Campuran etanol-air memiliki volume yang lebih kecil daripada jumlah kedua cairan tersebut secara terpisah. Campuran etanal dan air dengan volume yang sama akan menghasilkan campuran yang volumenya hanya 1,92 kali jumlah volume awal. Pencampuran etanol dan air bersifat eksotermik dengan energi sekitar 777 J/mol dibebaskan pada 298 K.
Gliserol
Gliserol (bahasa Inggris: glycerol, glycerin, glycerine) adalah senyawa organik dengan hidroksil yang bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol merupakan komponen yang menyusun berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol terasa manis saat dikecap, namun bersifat toksin.
Gliserol dapat diperoleh dari proses saponifikasi dari lemak hewan, transesterifikasi pembuatan bahan bakar biodiesel dan proses epiklorohidrin[1] serta proses pengolahan minyak goreng.
Air
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.





BAB III
METODE

3.1. ALAT DAN BAHAN

1. alat alat yang digunakan








2. Bahan – bahan yang digunakan

a. Air ( H2O)
Air adalah zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi,[1][2][3] tetapi tidak di planet lain.[4] Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi.[5] Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es.
Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus.
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.[6] Pengaturan air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik.[7]

b. Etanol
Etanol asli ialah cairan jernih yang mudah terbakar dengan titik didih pada 78.5°C dan titik beku pada - 114.5°C, BM 46,07. Etanol digunakan sebagai bahan anti-beku dan mempunyai bau vodka. Ketumpatan etanol ialah 789 g/l, yaitu kurang 20% daripada ketumpatan air. Etanol mudah larut dalam air, praktis bercampur dengan semua pelarut organik dan merupakan pelarut yang baik untuk pewangi, cat, dan tinktur. Ini membolehkan perisa ditambah ke dalam etanol semasa proses pembaruan (brewing). Etanol boleh digunakan sebagai pembasmi kuman (70% hingga 85% etanol). Larutan tersebut boleh membunuh organisme dengan cara mengubah protein dan melarut lipid, dan menghalang kebanyakan bakteria, fungi, dan setengah virus. Namun, etanol tidak efektif terhadap spora bakteria. Disebabkan sifat ini, etanol boleh disimpan untuk tempo masa yang sangat lama (sebagai minuman alkohol).
Etanol merupakan asid lemah, lebih lemah daripada air dan membentuk ion etanoat (C2H5O)S
c. t – butanol
d. Gliserol
e. Etilena Glikol
f. n – Butanol
g. Methanol










3.2. PROSEDUR KERJA

1. Titik didih


- Membasahi dengan menggunakan , etanol, dan n-butanol dengan jalan memiringkan botol.
- Menggoreskan kapas-kapas yang telah basah pada permukaan kaca, goresannya harus sama luasnya,
- Mengamati manakah yang lebih dulu mengering, etanol atau n-butanol
- Mengulangi percobaan Dengan menggunakan n-butanol dengan t-butanol













2. Kelarutan Dalam Air


- Dimasukan 10 tetes kedalam tabung reaksi.
- Dimasukan tetes demi tetes secara perlahan-lahan, tapi sebelumnya dibilas dengan senyawa alkohol yang diujikan
- Diamati kelarutannya
- Penambahan dihentikan apabila terdapat emulsi atau kekeruhan
- Menghitung berapa tetes senyawa alkohol yang ditambahkan
- Dilakukan lagi dengan menggunakan etanol, n-butanol, pentanol, s-butanol, t-butanol dan gliserol

]

3. Uji Bau


- Dibuka
- Di baui dengan cara menepiskan upanya dai mulut botol kearah hidung
(dilarang mencium langsung dari botol)
- Melakukan uji bau pada metanol, etanol, n-butanol, s-butanol, t-butanol, pentanol, etilena glikol dan gliserol
-
4. Kecepatan reaksi dengan HCl (uji Luccas)


- Memipet 3 ml masing-masing kedalam tabung reaksi
- Menambahkan 10 ml pereaksi lucas pada masing-masing tabung reaksi
- Mengamati perubahan masing-masing tabung reaksi dalam 5 detik, 30 detik , 45 detik dan 60 detik


5. Oksidasi Alkohol Dengan Senyawa Dikromat


- Melarutkan 5 gr dalam 50 ml yang mengandung 5 ml asam sulfat pekat
- Memasukkan dalam tabung reaksi masing-masing 10 ml
- Menambahkan 2 ml n-butil alkohol, sec-butil alkohol, ter-butil alkohol dan senyawa anu secara berturut-turut pada tabung teaksi
- Mengamati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi setelah 10 detik, 20 detik,30 detik, 45 detik dan 60 detik



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. TITIK DIDIH
Senyawa alkohol Penguapan cepat atau lambat Kesimpulan
1. Etanol

n-butanol Cepat

Lambat Titik didh n-butanol lebih besar daripada titik didih etanol
2. n-butanol

tert-butil alkohol Lambat

Cepat Titik didh n-butanol lebih besar daripada titik didih etanol

4.2. Kelarutan Dalam Air
Senyawa alkohol Nisbah air : alkohol kesimpulan
Etanol 10 : 15 larut
n-butanol 10 : 6 Tak larut
Tert-butanol 10 : 20 Larut
gliserol 10 : 10 Larut

4.3. Uji bau
Senyawa alkohol Bau/Harum Kegunaan
Etanol enak Digunakan pada parfum dan kosmetik
n-butanol Tidak enak Sebagai bahan bakar otomotif
Etilena glikol Enak Sebagai pengawet untuk hewan koleksi
Tert-butanol Tidak ada bau Sebagai pengawet
gliserol Enak Untuk pembuat Parfum
Senyawa alkohol yang memilki aroma :
Paling enak adalah etanol dan gliserol
Paling tidak enak adalah n-butanol dan tert-butanol

4.4. Kecepatan Reaksi Dengan HCl (Uji Lucas)
Perubahan warna pada menit ke Perubahan warna
n-butil Tert-butil etanol
5 Larutan keruh Larutan keruh Larutan menjadi keruh
15 Agak bening Agak bening Agak bening


4.5. Oksidasi Alkohol Dengan Senyawa Dikromat
Perubahan warna pada detik ke Perubahan warna pada alkohol
n-butil Tert-butil etanol
5 hitam Kuning (lapisan I) Hijau dan hitam
15 hitam Hitam Hijau dan hitam
30 hitam Hitam (lapisan II) hitam
45 hitam hitam hitam
60 hitam hitam hitam


Kesimpulan:
• N-butil alkohol lebih cepat dioksidasi aleh Na-dikromat daripada tert-butil alkohol dan senyawa anu (etanol)
• Reaksi oksidasi n-butil alkohol
O
CH 3 – CH2 – CH2 – CH2 – OH oksidasi CH 3 – CH2 – CH2 – C – H + H2
Na2Cr2O7


• Reaksi oksidasi tert-butil alkohol
OH
oksidasi
CH3 – C – CH3 CH3 – CH3 – COOH
Na2Cr2O7
CH3
4.1. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini “alkohol” praktikkan melakukan lima eksperimen yaitu titik didih, kelarutan dalam air, uji bau, dan kecepatan reaksi dengan HCl (uji Luccas).
a. Titik didih
Menyediakan kapas yang dibulatkan, besarnya bulatan tersebut di sesuaikan dengan mulut botol senyawa alkohol kemudian basahi masing-masing kapas dengan menggunakan senyawa alkohol, etanol, n-butanol,dengan jalan memiringkan botol dan goreskan kapas-kapas yang telah basah tersebut pada permukaan kaca, goresannya harus sama luasnya. Kemudian amati manakah yang lebih dahulu mengering, etanol atau n butanol. Ternyata etanol lebih cepat mengering bila dibandingkan dengan n-butanol. Hal ini disebabkan karena etanol yang mempunyai rantai atom pendek bila dibandingkan dengan n-butanol. Sehingga apabila diuapkan diudara antara etanol dan n-butanol maka etanol yang lebih menguap. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada n – butanol dan t – Butanol dan setelah diamati t – butanol lebih menguap dahulu dari pada n – butanol, dengan demikian n – butanol memili titik didih lebih tinggi daripada t – Butanol.

b. Kelarutan Dalam Air
Memasukan 10 tetes air kedalam tabung reaksi kecil yang bersih dan kering. Kemudian dengan menggunakan pipet tetes yang sama yang sebelumnya harus dibilas terlebih dahulu dengan senyawa alkohol yang akan diujikan. Kemudian mengamati bagaimana kelarutannya. Dan apabila terdapat kekeruhan atau emulsi, maka penambahan harus dihentikan. Kemudian menghitung beberapa tetes senyawa alkohol yang ditambahkan tadi. Dan hasilnya n-butanol memiliki kelarutan yang besar dimana hanya beberapa tetes air n-butanol tersebut telah keruh (7 tetes) dan Etanol memiliki kelarutan yang kecil karena walaupun telah banyak ditetesi air tetapi tidak terjadi perubahan dan Tertier butanol memiliki kelarutan yang besar karena hanya dengan 5 tetes telah terjadi kekeruhan Sedangkan gliserol memiliki kelarutan yang kecil karena untuk mencapai kekeruhan harus ditetesi 20 tetes air. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu senyawa yang mempunyai rantai atom terpanjang maka sifat kelarutannya juga semakin besar.

c. Uji bau
Yang pertama dilakukan adalah dengan membuka tutup botol yang berisi zat, kemudian segera baui dengan cara menapiskan uapnya dari mulut botol kearah hidung. Kemudian melakukan uji bau ini pada senyawa alkohol, metanol, etanol, Etilen glikol, Butanol, Tertier butanol dan Gliserol. Dimana diperoleh uji bau sebagai berikut :
 Etanol baunya enak dan biasanya digunakan pada parfum dan kosmetik
 n – butanol baunya tidak enak dan biasanya larutan ini digunakan sebagai bahan bakar otomotif
 Gliserol baunya enak.
 Etilena glikol baunya enak.
 t – butanol tidak ada bau.

d. Kecepatan reaksi dengan HCl (uji Luccas)
Yang pertama dilakukan adalah menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, yang masing-masing diisi dengan 3 mL n-butil alkohol, etanol dan tert-butil. Kemudian menambahkan kedalam masing-masing tabung tersebut 10 mL pereaksi Luccas (ZnCl2 dalam HCl pekat). Selanjutnya mengamati perubahan dalam masing-masing tabung setelah 5 menit dan 15 menit. Pada 5 menit pertama ternyata pada ketiga larutan yaitu etanol, n-butanol, dan t-butanol larutannya berubah menjadi keruh. Dan setelah 15 menit ternyata pada ketiga larutan terjadi perubahan warna yang sama yaitu warna berubah agak bening. Hal ini disebabkan larutan tersebut dapat larut dalam pereaksi Luccas namun membutuhkan waktu yang lama yaitu nanti pada menit ke-15.



e. Oksidasi alkohol dengan senyawa dikromat
Hal yang pertama kiita lakukan adalah melarutkan 5 gram Na-dikromat dalam 50 mL air suling yang mengandung 5 mL asam sulfat pekat. Kemudian kita menyediakan 4 buah reaksi yang bersih dan kering. Selanjutnya mengisi masing-masing tabung dengan 10 mL larutan Na-dikromat yang baru dibuat. Setelah itu menambahkan masing-masing 2 mL n-butil alkohol, etanol dan t-butil alkohol dari golongan alkohol. Kemudian mengamati perubahan yang terjadi ,pada masing-masing tabung setelah 5 detik, 15 detik, 30 detik, 45 detik dan 60 detik. Dan ternyata perubahan yang terjadi adalah untuk n-butil pada menit ke-5 sampai menit ke-60 tidak terjadi perubahan warna yaitu warnanya tetap hitam. Untuk t-butil alkohol pada menit ke-5 warna berubah menjadi kuning, selanjutnya menit ke-15 sampai menit ke-60 warna menjadi hitam. Untuk etanol pada menit ke-5 dan ke-15 warna larutan menjadi hitam kehijauan dan pada menit ke-30 sampai menit ke-60 warna berubah menjadi hitam. Hal ini menandakan bahwa masing-masing senyawa alkohol mempunyai perbedaan dan juga persamaan dalam hal oksidasinya. Hal ini dipengaruhi oleh letak gugus –OH dari masing-masing senyawa berbeda.
















BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :
 Alkohol merupakan zat tidak berwarna.
 Bagaian hidrokarbon alkohol bersifat hidrofob sedangkan gugus fungsi hidroksil bersifat hidrofil.
 Alkohol suku rendah (sampai C3) adalah cairan encer yang dapat tercampur dengan air dalam segala perbandingan.
 Alkohol suku sedang menyerupai minyak. Semakin panjang rantai atom C semakin rendah kelarutannya dalam air.
 Senyawaan C12 dan lebih tinggi berupa padatan yang tidak larut. Makin panjang rantai C makin tinggi titik cair dan titik didih. Gugus hidroksil mengakibatkan alkohol bersifat polar.
 Ternyata oksidasi dari masing-masing senyawa alkohol berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh letak dari gugus –OH (hidroksilnya) yang diamati dari perubahan warnanya.

5.2. KEMUNGKINAN KESALAHAN
 Kesalahan dalam merangkai alat sehingga menyebabkan kesalahan pula dalam hasil akhirnya.
 Kurang telitinya praktikkan dalam mengamti perubahan warna yang terjadi pada saat pencampuran.
 Kesalahan dalam mencium aroma dari masing-masing larutan yang diberikan.
 Kurang telitinya praktikkan dalam mencampurkan larutan sebagaimana prosedur kerja, sehingga mengakibatkan kurang valid (kurang akurat) hasil diperoleh.





DAFTAR PUSTAKA

Team Teaching Kimia Anorganik. 2010. Modul Praktikum. Gorontalo:UNG
Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi ketiga jilid 1 dan 2. jakarta : Erlangga.
Drs Parlan M.Si 2003. Kimia Organik I. Malang JICA
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis Kualitatif Unsur Senyawa Organik

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam analisis kualitatif pengamatan visual merupakan hal yang penting. Bila kita dihadapkan pada suatu larutan yang tidak diketahui, pertanyaan yang timbula adalah “apakah warnanya?”. Langkah-langkah pekerjaan dalam analisis kimia terdiri dari :
Sampling, yaitu mengambil cuplikan yang mewakili materi yang akan dianalisa,
Pengubahan keadaan cuplikan menjadi bentuk yang sesuai dengan kebutuhan pengukuran(kita inginkan).
Pengukuran, dan
Perhitungan serta interpretasi data yang diperoleh dari hasil pengukuran.

Sampling
Untuk keperluan analisis terutama analisis kuantitatif langkah awal yang penting adalah sampling cuplikan harus representative, artinya dapat mewakili keseluruhan materi yang akan dianalisis. Jika berbentuk padatan, untuk memperoleh cuplikan yang homogen biasanya cuplikan tersebut digerus atau digiling, kemudian diayak dengan menggunakan ayakan dengan ukuran (mesh) tertentu. Jika sampel berbentuk cairan, misalnya analisis kandungan logam berat dalam air sungai yang mengalir, maka perlu dilakukan pengambilan cuplikan air dari beberapa titik yang representatif pada setiap
Jarak 50 meter atau 100 meter. Disamping itu yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman (sediman, pertengahan dan permukaan air).


Pengubahan keadaan cuplikan
Pada umumnya cuplikan berbentuk padatan oleh kerana itu perlu dilakukan pengubahan bentuk cuplikan tersebut menjadi bentuk larutan sehingga dapat diukur. Untuk mengubah cuplikan bentuk padat menjadi bentuk cair dapat dilakukan dengan :
Cara basah yang dilakukan dengan pelarutan langsung menggunakan pelarut air, asam-asam seperti asam nitrat, asam sulfat, asam klorida, asam perklorat atau campurannya, dan basa.
Cara kering, cuplikan tersebut dilebur dengan cara dipijarkan, kemudian dilarutkan dengan air atau asam encer. Untuk mempercepat proses peleburan, biasanya ditambahkan beberapa tetes asam-asam pekat.
Pengukuran
Sifat kimia dan fisika digunakan dasar unntuk melekukan pengukuran baik kuantitatif dan kualitatif serta melibatkan reaksi-reaksi kimia didalamnyha, seperti volumetri dan gravimetri. Kedua metode tersebut dikatakan klasik namun masih digunakan hingga sekarang, karena menunjukkan ketelitian dan kecermatan yang handal. Selain itu penggunaan instrument modern yang lebih canggih yang juga didasarkan sifat fisika kimia, sekarang ini lebih disukai untuk pengukuran karena memliki tingkat ketelitian an kecermatan yang tinggi serta efisien, efektif, mudah dan cepat dalam pengoperasiannya.

Perhitungan serta interpretasi data hasil pengukuran
Hasil pengukuran dengan cara titrasi atau gravimetri misalnya, data selnajutnya diolah berdasarkan hubungan stoikhiometri yang sederhana berdasarkan reaksi kimia yang terjadi. Sedangkan dari hasil pengukuran dengan spektrofotometer, diperoleh data berupa adsorbans, yang dapat dihubungkan dengan konsentrasi atau kadar suatu zat dalam cuplikan. Perlu diingat, bahwa hasil-hasil yang diperoleh dengan cara-cara nalitik tidaklah selalu mudah dan sederhana. Oleh karena itu cara statistika kimia dapat digunakan untuk meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang dibuat selama pengerjaan dan pengukuran, agar dapat diperoleh tafsiran data dan kesimpulan yang tepat dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.


TUJUAN PERCOBAAN
Dari percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan pengujian-pengujian yang diperlukan untuk mengetahui unsure-unnsur yang terdapat dalam senyawa.
BAB II
KAJIAN TEORI

TEORI SINGKAT
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Banyak di antara senyawaan organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan komponen penting dalam biokimia.
Di antara beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang.
Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada/tidaknya ikatan karbon-hidrogen. Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam lemak pertama, organik.
Nama "organik" merujuk pada sejarahnya, pada abad ke-19, yang dipercaya bahwa senyawa organik hanya bisa dibuat/disintesis dalam tubuh organisme melalui vis vitalis - "life-force".
Kebanyakan senyawaan kimia murni dibuat secara artifisial
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ada dua cara yang relatif sederhana menentukan secara kualitatif apakah dalam suatu senyawa terdapat nitrogen, belerang atau halogen. Dalam metode ini, senyawa organik yang tidak diketahui diuraikan dengan menggunakan logam natrium, sehingga nitrogen, belerang atau halogen penyusun senyawa tersebut berturut-turut diubah menjadi natrium sianida, natrium sulfida atau natrium halida. Senyawa-senyawa anorganik ini kemudian diuji dengan cara seperti dibawah ini
Untuk pengujian nitrogen, larutan direaksikan dengan besi (ii) dan besi (iii) jika terdapat sianida, akan terbentuk endapan biru gelap yang ditunjukan dengan persamaan reaksi:

N + 3 Fe+2 +4 Fe+3 Fe4[Fe(CN)6]3

Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik dibangun terutama oleh karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur-unsur lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang. Definisi asli dari kimia organik ini berasal dari kesalahpahaman bahwa semua senyawa organik pasti berasal dari organisme hidup, namun telah dibuktikan bahwa ada beberapa perkecualian. Bahkan sebenarnya, kehidupan juga sangat bergantung pada kimia anorganik; sebagai contoh, banyak enzim yang mendasarkan kerjanya pada logam transisi seperti besi dan tembaga, juga gigi dan tulang yang komposisinya merupakan campuran dari senyama organik maupun anorganik.
Contoh lainnya adalah larutan HCl, larutan ini berperan besar dalam proses pencernaan makanan yang hampir seluruh organisme (terutama organisme tingkat tinggi) memakai larutan HCl untuk mencerna makanannya, yang juga digolongkan dalam senyawa anorganik. Mengenai unsur karbon, kimia anorganik biasanya berkaitan dengan senyawa karbon yang sederhana yang tidak mengandung ikatan antar karbon misalnya oksida, garam, asam, karbid, dan mineral. Namun hal ini tidak berarti bahwa tidak ada senyawa karbon tunggal dalam senyawa organik misalnya metan dan turunannya






BAB III
METODE

ALAT DAN BAHAN





Pembakar dan penjepit Rak dan tabung reaksi Gelas ukur





Pipet Tetes Ca(OH)2 CCl4





CuO Gula pasir Kurs porseling






Sukrosa (C12H22O11) memiliki berat molekul 342,30 gr/mol. Sukrosa (gula pasir) mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Pemerian hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus.
Farmakope Indonesia, edisi IV, hal 762

Etanol
Etanol (disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja), adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum. Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O.







PROSEDUR KERJA
Uji Karbon dan Hidrogen


Dipanaskan
Melewatkan gas yang dibebaskan kedalam lart. Air kapur


Menguji dengan tembaga (ii) sulfat anhidrat jika terbentuk cairan pada dinding
Jika tembaga (ii) sulfat anhidrat berubah menjadi biru, menunjukan adanya air,




Reaksi Beilstein


Dipanaskan hingga kemerahan,
Didinginkan dan dibasahi kawat tersebut dengan 2 tetes CCl4,
Dipanaskan kembali



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN
Jenis reaksi Sketsa langkah reaksi Reaksi Pengamatan
Reaksi untuk C dan H C_6 H_12 O_6 □(→┴(CuO ) ) CO_2 + 6H_2 O
C_6 H_12 O_6 □(→┴(CuO ) ) 6CO_2 + 6H_2 O Serbuk CaO berwarna hitam, titik-titik air melekat, dipanaskan manandakan adanya unsur H dan adanya unsur C menandakan adanya gas.
Reaksi Beilstein Cu dipanaskan
Ditambah CCl4 kemudian dipanaskan Cu□(→┴( ∆ ) ) 2CuO
2CuO + C〖Cl〗_4 □(→┴( ∆ ) ) 2Cu〖Cl〗_2 + CO_2
Warna silver tembaga setelah dipanaskan warnanya menjadi silver, setelah dibasahi dengan CCl4 dan setelah dipanaskan kembali warnanya menjadi hijau warna nyala apinya.



Pembahasan
Dalam percobaan analisis kualitatif unsur-unsur dalam senyawa organik dilakukan dua pengujian yaitu uji karbon dan hidrogen dan uji untuk halogen
1. Uji untuk karbon dan hidrogen
Pada uji untuk karbon dan hidrogen kita memasukkan 1-2 gram CuO dalam krusibel porselin kemudian dipanaskan beberapa menit. Sementara CuO masih panas dicampurkan dengan hati-hati kedalam krusibel porselin 0,2 gram serbuk gula. Setelah itu memasukkan campuran itu kedalam tabung reaksi yang dilengkapi dengan sumbat dan pipa penghubung serta memanaskan campuran tersebut. Kemudian membuat sedemikian rupa sehingga gas yang terjadi dapat dialirkan kedalam tabung reaksi yang berisi mL Ca(OH)2, dan setelah dihubungkan dan dipanaskan campuran tersebut terjadi asap (gas) dan ada sedikit uap air (H2O) yang mengalir dari krusibel yang satu ke krusibel yang kedua. Adanya gas CO2dan uap air ini menandakan bahwa ada unsur C dan unsure H pada saat campuran tersebut dipanaskan. Ini berarti sesuai dengan persamaan reaksi bahwa ketika sukrosa dipanaskan akan menghasilkan CO2 dan uap air (H2O).
C_6 H_12 O_(6□( □(→┴( CuO ) )) ) 6CO_2 + 6H_2 O
Dan ketika uap gas tersebut masuk kedalam Ca(OH)2 warna larutan berubah menjadi keruh kekuningan. Hal ini disebabkan senyawa Ca(OH)2 dapat bereaksi ketika ditambahkan dengan gas CO2.
2. Uji reaksi Beilstein
Pada uji dengan menggunakan pereaksi Beilstein ini mula-mula hal yang dilakukan adalah memanaskan kawat spiral tembaga hingga sampai kemerahan. Selanjutnya mendinginkan dan membasahi kawat tersebut dengan 2 tetes CCl4 kemudian memanaskan kembali. Setelah dipanaskan ternyata terjadi perubahan warna pada tembaga (kawat spiral) tersebut dari warna silver setelah dibasahi dan dipanaskan berubah menjadi warna hijau. Perubahan warna nyala ini disebabkan oleh warna asli dari senyawa CCl4 yang didalamnya mengandung unsure halogen yaitu klor (Cl). Karena pada dasarnya uji reaksi Beilstein adalah mengidentifikasi unsure halogen pada suatu senyawa, jika didalamnya terdapat unsure halogen maka warna yang ditimbulkan setelah dibakar adalah warna hijau. Warna hijau ini merupakan ciri dari suatu unsure yang terdapat dalam golongan halogen. Persamaan reaksinya adalah :
CuO □(→┴( ∆ ) ) 2CuO
2CuO + C〖Cl〗_4 □(→┴( ∆ ) ) 2Cu〖Cl〗_2 + CO_2
CuCl2 merupakan hasil dari reaksi antara CuO dan CCl4 yang menyebabkan perubahan warna ketika zat tersebut dipanaskan.
















BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN
Ternyata ketika suatu senyawa gula dipanaskan contohnya sukrosa yang dibantu dengan CuO akan menghasilkan gas CO2 dan uap air, ini menandakan bahwa dalam senyawa itu terdapat unsure karbon dan hydrogen.
Dan ternyata Ca(OH)2 dapat bereaksi dengan gas CO2 ini dibuktikan dengan warna kekeruhan yang timbul ketika gas CO2 dialirkan pada Ca(OH)2.
Dan untuk unsure-unsur pada golongan halogen ternyata dapat berwarna hijau ketika dipanaskan, contohnya unsure klor (Cl).

KEMUNGKINAN KESALAHAN
Kesalahan dalam mengamati perubahan warna yang ditimbulkan oleh suatu senyawa.
Kesalahan dalam merangkai alat sehingga menyebabkan hasil dari percobaan ini keliru (kurang valid).
Kurang telitinya praktikan dalam mengamati perubahan warnya yang ditimbulkan oleh suatu senyawa ketika dipanaskan.







DAFTAR PUSTAKA

Team Teaching Kimia Anorganik. 2008. Modul Praktikum. Gorontalo:UNG
Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi ketiga jilid 1 dan 2. jakarta : Erlangga.
Drs Parlan M.Si 2003. Kimia Organik I. Malang JICA
Farmakope Indonesia, edisi IV, hal 762